Tidak ada anak yang BODOH
apabila diajar oleh Guru baik dan memiliki metoda pengajaran yang baik

Selasa, 15 November 2011

Magna Salib

Baca: 1 Petrus 2:18-15
“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.” 1 Petrus 2:24a
Salib bukanlah kata yang asing bagi banyak orang, terutama bagi orang Kristen, karena salib telah menjadi lambang yang melekat sebagai identitas rohani; jadi salib dan kekristenan adalah identik, dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Banyak orang kurang memahami makna dari ‘salib’ itu sendiri. Salib bukan hanya sekedar lambang sebuah keyakinan iman, namun ada karya yang dashyat di balik kata ‘salib’ itu. Salib mengingatkan kita tentang penderitaan Yesus di atas Golgota, seperti dikatakan bahwa, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;” (Yesaya 53:3,7a). Dia rela melakukan ini semua demi menanggung beban dosa manusia. NyawaNya telah Dia korbankan, Dia juga mengorbankan statusNya sebagai Allah yang direndahkan oleh manusia sedemikian rupa seperti domba sembelihan, padahal Dia adalah Allah Yang Mahatinggi; Allah yang bertakta di sorga, tetapi rela meninggalkan semua itu dan menjadi manusia. Sungguh suatu penderitaan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya!
Yesus berkata barangsiapa mau mengikut Dia, maka ia harus memikul salib, yang artinya ia harus mau menderita bagi Dia. Mengikut Yesus tidak selamanya seperti berarda di tengah danau biru tenang atau berjalan melenggang di atas karpet merah; namun mengikut Yesus berarti kita harus siap diejek, dicerca, dihina, diancam, dijauhi teman, dibenci oleh lingkungan, dikucilkan atau diusir dari keluarga besar, dan bahkan dianiaya oleh karena namaNya. Meski harus menghadapi semua itu, janganlah iman kita menjadi lemah atau surut, justru kita harus tetap kuat dan lebih melekat dalam Tuhan karena penderitaan itu akan membawa kita kepada kehidupan kekal, sebab “…penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan keapda kita.” (Roma 8:18.)
Yesus telah menderita bagi kita, oleh karena itu kita harus meneladaniNya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar