Tidak ada anak yang BODOH
apabila diajar oleh Guru baik dan memiliki metoda pengajaran yang baik

Senin, 10 Oktober 2011

Pemimpin sebagai Gembala ...


Sejak dalam Perjanjian Lama tokoh-tokoh pemimpin Israel digambarkan sebagai gembala. Misalnya leluhur mereka seperti Abraham, Ishak, Yakub. Juga pemimpin bangsa, misalnya Musa dan Daud. Dalam Mazmur yang disukai orang didoakan: “Tuhanlah gembalaku” (Mz 23). Kemudian dalam Perjanjian Baru Yesus sendiri meneruskan gambaran tentang gembala itu pada diri-Nya sendiri (lih. Yoh 10:1-21).

Dalam Injil pendek hari ini (Yoh 10:27-30) dikemukakan dua ciri khas Yesus sebagai gembala. Pertama : gembala dan domba saling mengenal. “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku”. Dengan demikian adalah hubungan erat antar mereka. Kedua : gembala memberikan hidupnya kepada mereka dan demi mereka! Tiada orang atau apapun lainnya bisa memisahkan mereka. Domba-domba merasa aman, mereka adalah sasaran kasih dan keprihatinan gembalanya, bukan sekadar sebagai hal-hal yang harus diurus dan dipelahara belaka. Segala perhatian gembala tertuju kepada kawanan dombanya. Apa pesan Injil hari ini kepada kita?

Dalam Injil hari ini kita diperkuat iman/kepercayaan kita! Kita percaya akan kasih Allah Bapa kita sebagai Gembala Agung, seperti terbukti dalam diri Yesus Putera-Nya! Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, dengan segala kelemahan dan kekekurangannya, Allah Bapa dan Putera-Nya adalah Gembala kita, yang selalu bisa dipercaya sepenuhnya.

Kiranya ajaran dan pesan, yang disampaikan Yesus di dalam Injil Yohanes hari ini tersebut, dapat kita pahami dalam khotbah Paus Benedictus XVI dalam Misa Peresmian Jabatan Pelayanan Penggem-balaannya sebagai Wakil Kristus, di Roma tgl. 24 April 2005. Dalam homilinya sebagai Wakil Kristus seperti Petrus, Paus berkata:

“Salah satu ciri dasar seorang gembala ialah mengasihi umat yang dipercayakan kepadanya, sama seperti ia me-ngasihi Kristus, Yang dilayaninya. ‘ Gembalakan domba domba-Ku ', kata Kristus kepada Petrus. Dan sekarang ini Kristus mengatakannya pula kepadaku. Menggemba-lakan berarti mengasihi, dan mengasihi juga berarti ber-sedia menderita. Mengasihi berarti memberikan kepada domba apa yang sungguh baik, santapan kebenaran Allah, sabda Allah, santapan kehadiran-Nya, yang dibe-rikannya kepada kita dalam Sakramen Mahakudus”.

Paus Benedictus XVI selanjutnya mengatakan, bahwa perumpamaan tentang gembala itu adalah gambaran tentang Kristus dan Gereja serta masyarakat. Umat manusia di dunia ini sering tidak tahu arah hidupnya, bagaikan domba yang hilang di tengah padang gurun. Putera Allah tak mau melihat dan membiarkan umat manusia hilang terlantar. Maka Ia meninggalkan kemuliaan-Nya di surga dan turun ke bumi mencari manusia yang hilang, sampai Ia rela diadili dan mati di salib. Itulah gambaran gembala yang baik!

Pengembalaan semacam inilah yang harus merupakan cita-cita setiap gembala. Imam dalam Gereja Katolik disebut pastor, karena gembala dalam pastor Latin adalah “pastor”. Tetapi model gembala yang baik bukan hanya berlaku bagi imam atau pastor, dalam arti yang dikenal umat. Menjadi gembala yang baik berlaku bagi setiap orang yang berperan sebagai pemimpin, pendamping, “leader”, pembesar, kepala rumah tangga! Kebesaran pembesar adalah kasih dan pelayanannya!

Paus Benediktus XVI berkata: “ Doakan saya, supaya makin mengenal dan mengasihi domba-domba Kristus dengan semakin baik. Doakan saya, supaya saya tidak melarikan diri karena takut serigala yang menyerang domba-domba Kristus. Mari kita saling mendoakan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar